Pelukan Yang Mencekik / The Suffocating Embrace
Dia ditinggalkan di dalam sebuah bilik yang hangat dan terasing.
Tiada tingkap, tiada desiran bayu yang kedengaran, hanya nafasnya sendiri yang terasa sedikit berat. Dindingnya lembut, membalut erat, memberikan satu perasaan yang hampir melemaskan. Masa seakan terhenti, dia hanya tahu bahawa dunia di luar sana telah berubah dari terang benderang kepada senja yang temaram.
Udara di dalamnya terasa pegun, membawa aroma hangat yang terhasil dari tubuhnya sendiri. Dia dapat merasakan butiran peluh membasahi kulitnya, satu kelembapan yang tidak selesa. Pasti penampilanku akan comot dan selekeh nanti? fikirnya.
Mungkin, helaian rambutnya akan melekit, tubuhnya akan layu dan kempis, dan haruman segar yang asli akan ditelan oleh bau hapak yang menyesakkan. Dia hampir dapat membayangkan betapa lesu dan tidak bermaya rupanya saat pintu itu dibuka nanti.
Akhirnya, pintu itu terbuka.
Satu jalur cahaya memancar masuk, dan udara segar serta-merta menerpa.
Namun, segala jangkaan buruknya meleset sama sekali.
Dia melangkah keluar dari "bilik misteri" itu, dengan langkah yang begitu ringan, malah terasa lebih segar berbanding sebelumnya. Tiada langsung rasa melekit, sebaliknya diganti dengan rasa kering dan gebu yang menakjubkan. Apabila dihampiri, bukan bau masam peluh yang terhidu, tetapi satu haruman lembut dan elegan yang seolah-olah terpancar dari dalam dirinya.
Seakan-akan dia tidak pernah terkurung, atau mungkin, kurungan yang memeritkan itu langsung tidak mampu memberi kesan kepadanya. Dia telah melalui ujian yang paling getir, namun muncul dengan penampilan yang paling sempurna dan tenang, seolah-olah dilahirkan semula.
Bilik misteri ini, sebenarnya adalah tudung yang membaluti mahkotamu.
Dan watak utama itu, adalah rambutmu sendiri.
- Allmasil 5 Probiotics Color Radiance Shampoo
Pelukan Yang Mencekik!
English Ver.
She was left in a warm, cloistered room.
There were no windows, no sound of the wind, only the steady, heavy rhythm of her own breath. The walls were soft, pressing in closely, creating an embrace that was nearly suffocating. Time lost its meaning; all she knew was that the world outside had shifted from bright daylight to the dim glow of dusk.
The air grew thick with a warm scent uniquely her own. She could feel fine beads of perspiration forming, a dampness that clung to her. Surely, I will be a mess after this? she thought.
Perhaps her hair would turn sticky, her body limp and flat. The fresh fragrance she once had would vanish, replaced by the stale, oppressive air of this sealed chamber. She could almost picture the weary, lifeless figure she would be the moment the door finally opened.
At last, the door opened.
A sliver of light pierced the dimness, and fresh air rushed in.
Yet, everything she had dreaded failed to happen.
She stepped out from the "sealed room," her form impossibly light, even more vibrant than before. There was no stickiness; only a surprising, wonderful feeling of being dry and full of volume. Those who drew near caught not a sour scent of sweat, but a delicate, elegant fragrance that seemed to emanate from within her.
It was as if she had never been trapped at all, or perhaps, the stifling confinement had no power over her. She had endured the harshest trial, only to emerge in a state of perfect, effortless grace—reborn.
That sealed room is, in fact, the headscarf that envelops your crown.
And that protagonist... is your hair.